Breaking News
Loading...
Tuesday, February 16, 2010



Rentang waktu Januari hingga Februari 2010 saya secara periodik berada di Resosialisasi Rowosari Atas dan bertemu dengan beberapa Kader Terlatih,di tempat dan waktu yang berbeda, ada mas Bambang, Mas Triyono (Smart boy) dan mas Sulkhani. Mereka adalah salah satu leader sekaligus Kader Terlatih yang pernah secara aktif mengikuti pelatihan program ASA yang telah diselenggarakan oleh Lembaga Kalandara. Selama periode program intervensi perubahan perilaku Klien prostitusi yang pernah dilakukan oleh Lembaga Kalandara, hingga Bulan Februari 2010 saya masih melihat aktifitas yang luar biasa serta membanggakan yang terus dilakukan oleh kawan-kawan operator karaoke Rowosari Atas. Sungguh ini merupakan prestasi bagi semua anggota paguyuban. Dan rasanya tidak saja Lembaga Kalandara yang acung jempol tinggi-tinggi kepada Ketua Resosialisasi Rowosari Atas, segenap pengurus dan Penasihat Paguyuban Operator Karaoke, tetapi semua seluruh penggiat Aksi Stop Aids akan angkat jempol juga.
Sembari menyimak cerita kawan – kawan operator saya berpikir dan terus mencatat point pentingnya cerita dari masing-masing Kader Terlatih, terbesit dalam pikiran bahwa inilah “role model Kepemimpinan Pencegahan IMS, HIV dan AIDS”. Saya merasa surprise bisa mendapat cerita dari mereka bahwa pemberdayaan yang terjadi di Rowosari Atas tidak lepas dari peran pemimpin. Baik di lini atas maupun di tataran bawahnya. Peran Ibu Kaningsih sebagai Ketua Resosialisasi yang dapat mengkomunikasikan dengan elegan sehingga peraturan serta kebijakan resos dapat diapresiasikan secara apik oleh seluruh penghuninya. Pada lini kegiatan di level paguyuban operator karaoke tidak kalah menariknya adalah ide-ide brilian dari Penasehat Paguyuban Karaoke, Bp H Handoko untuk revolving condom.
Pembaca Blog-nya Kalandara yang budiman, saya jlentrehkan saja catatan saya sebagai berikut: Pada tingkat pertemuan rutin anggota paguyuban operator ditekankan oleh penasehat bahwa peran operator karaoke disamping sebagai DJ karaoke juga harus dapat memasarkan condom kepada Klien/pengunjung meski di masing-masing wisma juga tersedia. Jadi kalo bahasa populernya satu sasaran dibidik dua senjata. Bagaimana tidak, mbak-mbaknya juga menyarankan pemakaian kondom di barengi juga bilamana mereka sedang nyanyi juga mendapat saran yang sama oleh operatornya. Nah pembaca semuanya, tidak berhenti sampai disitu, berikutnya keuntungan dari pemasaran kondom nantinya akan menjadi sumber asset bagi kegiatan dari paguyuban operator itu sendiri, luar biasa khan? Jadi kemandiriannya juga layak diacungi jempol kembali. Kira-kira dapat dibayangkan oleh pembaca bahwa keberhasilan Resosialisasi Rowosari Atas dalam 100% pemakaian kondom dan pencegahan dan penanggulanngan IMS, HIV dan AIDS terdapat peran kepemimpinan. Kapan nich daerah yang lain akan mengikuti keberhasilan dari Rowosari Atas Semarang? (Arko@Kalandara - ©2010)

0 komentar:

Post a Comment

kalandara_org@yahoo.com

Powered By Blogger